Hanura Protes Keputusan Banggar soal BLSM

Sekretaris Fraksi Hanura Saleh Husin | KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Fraksi Partai Hanura Saleh Husin keberatan dengan kesimpulan rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR yang menganggap fraksinya mendukung pemerintah memberikan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi dari naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Ia menegaskan, Fraksi Partai Hanura tetap menolak kenaikan harga BBM dan meminta pemberian BLSM tidak dilakukan terpisah. “Saya kira kalau tidak hadir dalam pengambilan keputusan bukan berarti kita setuju karena yang ada di situlah yang mengambil keputusan. Sikap kita adalah menolak kenaikan harga BBM dan terkait BLSM itu tidak ada sangkut pautnya dengan kenaikan BBM,” kata Saleh di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/6/2013).

Sebelumnya pada rapat Banggar, Kamis (13/6/2013), tiga fraksi tidak hadir, yakni Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB), Fraksi Partai Gerindra, dan Fraksi Partai Hanura. Ketua Banggar DPR Achmadi Noor Supit menyepakati fraksi yang tidak hadir dianggap setuju.

Dari fraksi yang hadir, hanya Fraksi PDI Perjuangan yang memberikan catatan karena mereka menolak rencana kenaikan harga BBM subsidi sekaligus menolak pemberian BLSM. Catatan keberatan ini akan dibacakan dalam rapat paripurna pekan depan.

Pada rapat tersebut, Banggar DPR menyepakati dana BLSM sebesar Rp 11,6 triliun selama 4 bulan. Jumlah ini berkurang dari yang disepakati di Komisi VIII, yakni sebesar Rp 12 triliun untuk jangka waktu lima bulan.

Saleh keberatan dengan keputusan BLSM tersebut. Karena itu, pihaknya mencurigai sumber dana kompensasi itu berasal dari dana pinjaman Asian Development Bank (ADP) atau pinjaman luar negeri lainnya.

“Pemberian BLSM tidak ada kaitannya dengan kenaikan harga BBM, jadi itu akal-akalan pemerintah dalam mengaitkan semuanya,” ujar anggota Komisi V DPR ini.

Dalam rapat Banggar diputuskan bahwa BLSM diberikan selama empat bulan untuk 15 juta keluarga miskin yang menjadi sasaran program ini. Setiap kepala keluarga akan mendapat Rp 150.000 selama empat bulan harga BBM bersubsidi dinaikkan.

Dengan begitu, anggaran negara bisa dihemat sekitar Rp 2,3 triliun, dan dari jumlah itu sebesar Rp 1,25 triliun akan diarahkan untuk dana infrastruktur. Selebihnya, penghematan itu akan dialokasikan untuk dana cadangan. Dana cadangan itu nantinya akan diproyeksikan untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang meminta tambahan anggaran. Saat ini, dana tersebut akan dibicarakan di Komisi II yang menjadi mitra kerja KPU.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Pemerintah-DPR Lembur Siapkan Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar. | BANAR FIL ARDHI

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah dan Badan Anggaran DPR akan melakukan rapat kerja soal penyelesaian Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2013. Rapat ini akan digelar besok, Sabtu (15/6/2013).

Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan, pembahasan RAPBNP 2013 ini merupakan rapat kerja terakhir dengan DPR, sebelum mengambil keputusan akhir pada Rapat Paripurna yang akan digelar pada Senin (17/6/2013).

Rapat ini juga akan menjadi titik balik pengambilan kebijakan pemerintah yang akan menaikkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang akan diumumkan setelah persetujuan RAPBNP 2013 itu. “Itu (rapat kerja besok) menunjukkan komitmen pemerintah yang tetap masuk meski hari libur. Pemerintah dan DPR jarang rapat pada hari Senin. Tapi lebih jarang lagi kalau rapat pada hari Sabtu,” kata Mahendra saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (14/6/2013).

Komitmen ini juga menunjukkan bahwa pembahasan RAPBNP 2013 ini akan dilakukan dan selesai sebelum satu bulan masa sidang. Sebab, rapat RAPBNP 2013 ini dimulai pada 17 Mei lalu sehingga diharapkan bisa selesai pada 17 Juni 2013.

“Jadi, kami akan berakhir pekan di DPR,” tambahnya. Dalam agenda rapat DPR, besok akan ada rapat kerja antara Badan Anggaran DPR dan Menteri Keuangan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, serta Gubernur Bank Indonesia. Rapat tersebut akan dilakukan pada pukul 10.00 WIB. Kemudian pada Senin (17/6/2013), pemerintah kembali dijadwalkan melakukan rapat paripurna pukul 10.00 WIB.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Gerindra: BLSM Hanya Balsam yang Timbulkan Ketergantungan

  • Penulis :
  • Icha Rastika
  • Sabtu, 15 Juni 2013 | 18:23 WIB
Pengemis terlelap di pinggir jalan tak jauh dari pusat perbelanjaan di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2013). Pemerintah merencanakan program kompensasi langsung dan tidak langsung untuk melindungi masyarakat miskin untuk menekan angka kemiskinan sebagai dampak dari rencana kenaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada akhir Juni 2013. Angka kemiskinan tahun 2013 akan meningkat menjadi 11,85 persen-12,10 persen dari target yang disepakati pemerintah dan DPR pada APBN Tahun 2013 sebesar 9,5 persen-10,5 persen. | KOMPAS/PRIYOMBODO

JAKARTA, KOMPAS.com – Fraksi Partai Gerindra menyampaikan penolakannya terhadap pemberian Bantuan Langsung Sosial Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Menurut fraksi Gerindra, pemberian BLSM tersebut sifatnya sangat politis menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2014.

Gerindra juga menilai, skema kompensasi melalui BLSM ini hanya akan membuat masyarakat ketergantungan. “BLSM ini hanya sekadar balsam bagi masyarakat yang justru akan menimbulkan ketergantungan,” kata Juru Bicara Fraksi Partai Gerindra Fary Djemy Francis saat membacakan pandangan mini fraksi dalam rapat Badan Anggaran DPR dengan Pemerintah di Gedung DPR, Jakarta, Sabtu (15/6/2013).

Hadir pula dalam rapat tersebut Menteri Keuangan Chatib Basri, Kepala Bappenas Armina Alsjahbana, dan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo. Lebih jauh Fary menyampaikan, Fraksi Partai Gerindra menilai program BLSM ini hanya akan menempatkan masyarakat miskin sebagai obyek penerima bantuan.

“Dalam konteks ini, masyarakat akhirnya tidak mampu berpikir secara kritis dan mengembangkan prakarsa inovatif yang sebenarnya menjadi esensi pemberdayaan,” tambahnya.

Menurut Fary, pemberian BLSM ini justru akan mengajarkan masyarakat untuk semakin bergantung kepada Pemerintah dan memperburuk mental masyarakat yang cenderung lebih suka menerima. “Padahal keberhasilan program penanggulangan kemiskinan sangat ditentukan setting sosial politik yang demokratis, kesiapan infrastruktur penyelenggara, kontinuitas program, dan data-data pendukung,” ujarnya.

Rencananya Pemerintah akan memberikan BLSM sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. BLSM rencananya diberikan kepada 15 juta rumah tangga sasaran selama empat bulan dengan besaran Rp 150.000 per bulan. Total anggaran yang dikucurkan untuk BLSM ini sekitar Rp 9,3 triliun.

Fary menambahkan, kalau pada akhirnya program BLSM ini tetap dijalankan maka Fraksi Gerindra berharap alokasi dananya bisa dimanfaatkan untuk perbaikan infratstruktur dasar di sektor pertanian, perikanan, pemukiman, dan infrastruktur dasar lainnya yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak dan dapat dikerjakan dengan sistem padat karya.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Haruskah Harga BBM Naik?

  • Senin, 17 Juni 2013 | 07:23 WIB
 
Truk dan mobil mengantre untuk membeli bahan bakar minyak di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum di Jalan Lingkar (ringroad), Medan, Sumut, rabu (24/4/2013). | KOMPAS/MOHAMMAD HILMI FAIQ
 

Oleh A PRASETYANTOKO

Sering kali, ketika kita ragu memutuskan sesuatu, pada akhirnya situasi memaksa kita bertindak cepat. Akibatnya, kita jadi reaktif ketimbang antisipatif. Situasi inilah yang terjadi pada perekonomian kita hari-hari ini. Rupiah terus merosot mencapai titik terendah sejak tahun 2009, sementara Indeks Harga Saham Gabungan terus turun ke tingkat 4.600. Secara mengejutkan, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) dinaikkan 25 basis poin menjadi 6 persen.

Rupiah sempat diperdagangkan di pasar non-deliverable forward atau transaksi lindung nilai untuk kepentingan masa depan dan menembus Rp 10.000 per dollar AS. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan jatuh dari rekor tertingginya di tingkat 5.200, sementara imbal hasil obligasi merangkak naik. Apa sejatinya penyebab ”kepanikan” pasar ini?

Benar, faktor global menjadi salah satu penyebab gejolak. Di pasar keuangan dikenal istilah ”paradoks likuiditas”. Intinya, ketika terjadi gejolak, likuiditas akan mengalir ke tempat yang dianggap paling aman. Selama ini, negara-negara maju (khususnya Amerika Serikat) selalu percaya diri bahwa merekalah tempat paling aman untuk menyimpan aset keuangan. Itulah mengapa mereka tak terima ketika peringkat utangnya diturunkan oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor’s. Itulah juga mengapa mereka tak pernah khawatir dengan penerbitan surat utang terus-menerus meskipun tingkat utangnya sudah terlalu tinggi. Negara maju percaya mereka tetap bisa berutang dengan biaya murah.

Argumen tersebut ada benarnya. Setiap kali stimulus ekonomi dilakukan di negara maju, likuiditas cenderung mengalir ke negara berkembang. Tujuannya, mencari imbal hasil lebih tinggi. Bayangkan, rata-rata suku bunga di negara maju hanya 0,25 persen. Bedanya dengan suku bunga kita bisa 5-6 persen. Namun, setiap terjadi gejolak, likuiditas akan kembali ke pasar negara maju, sementara kita harus menaikkan suku bunga untuk mempertahankan modal asing. Negara maju tetap menikmati suku bunga rendah, baik di masa normal maupun saat terjadi gejolak.

Bagi negara berkembang, argumen lama tentang ”dosa asal” (original sin) dalam ekonomi menjadi relevan. Ketidakmampuan sebuah negara membiayai diri dalam mata uangnya menjadi akar dari segala macam gejolak. Dalam kasus ini, jika masih mengandalkan investor asing, pasar modal dan pasar utang harus siap terpapar dengan risiko volatilitas.

Lalu apa kaitannya dengan bahan bakar minyak (BBM)? Masalah kepanikan tak pernah terjadi begitu saja. Faktor global terkait rencana The Fed mengurangi stimulus ekonomi, prospek ekonomi China, dan kondisi Eropa yang di bawah harapan tentu mendorong gejolak investor global. Namun, mengapa pasar bereaksi begitu keras kepada kita? Karena kita menyimpan beberapa persoalan fundamental.

Salah satu isu paling pokok dalam perekonomian kita adalah soal target defisit anggaran. Besarnya subsidi akibat konsumsi BBM yang terus meningkat telah menimbulkan komplikasi ke sejumlah hal: defisit fiskal, neraca transaksi berjalan, neraca pembayaran, dan nilai tukar. Secara teknis ekonomi, pilihannya hanya dua: mengurangi subsidi atau menerbitkan utang untuk menghindari defisit yang diperbolehkan oleh undang-undang (UU), yaitu sebesar 3 persen.

Sekadar penghematan dari sisi pengeluaran dan mendongkrak pemasukan sudah tidak lagi mampu menutup defisit yang akut. Pilihan lain, mengubah UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terkait target defisit. Namun, itu membutuhkan proses politik yang panjang, sementara persoalannya begitu mendesak. Urgensi tak sekadar mengamankan pasar keuangan dari pelarian modal, tetapi juga menghindarkan diri dari instabilitas makroekonomi yang berkepanjangan.

Dinamika ekonomi biasanya dibagi dalam perspektif jangka pendek dan panjang. Jangka pendek biasanya terkait dengan isu stabilitas, sedangkan jangka panjang umumnya mengenai intermediasi. Keduanya terkait satu sama lain. Bagaimana mungkin berpikir soal intermediasi (memperbaiki kualitas fiskal, menambah belanja modal, dan memberikan insentif usaha kecil) jika situasinya tidak stabil. Maka, respons cepat mengatasi persoalan instabilitas, baik pada kurs maupun bursa saham, harus ditempatkan dalam konteks kepentingan jangka panjang, yaitu mendorong fungsi intermediasi.

Terkait dengan kenaikan harga BBM, semakin lama ditunda semakin kehilangan kesempatan untuk melakukan ekspansi dan memperbaiki sisi produksi kita. Meski begitu, penolakan kenaikan harga BBM, baik dari partai oposisi maupun sejumlah kelompok dalam masyarakat, tetap harus ditangkap esensinya.

Selama ini terlalu banyak kebijakan yang implementasinya distortif dan mendorong perilaku pemburuan rente (rent seeking) ekonomi. Begitu juga di sektor minyak dan gas. Belum lagi berbagai praktik pemburuan rente yang ada di sekitar birokrasi pemerintah dan proses legislasi di parlemen. Sulit mencari dinamika ekonomi yang tak berlumuran dengan praktik pemburuan rente ekonomi di negeri ini. Tentu saja, itu masalah amat serius, tetapi bukan berarti bisa menegasi urgensi kebijakan BBM.

Ibaratnya, ada orang mengalami serangan jantung dan harus segera diambil tindakan medis tertentu. Namun, tindakan tersebut dianggap tak relevan dengan menunjukkan betapa buruknya perilaku orang itu soal makanan dan olahraga. Tumpukan kolesterol telah menimbulkan komplikasi yang fatal. Korupsi dan inefisiensi birokrasi bagaikan tumpukan kolesterol dalam darah yang bisa mematikan fungsi jantung kita. Namun, tidak melakukan apa pun di saat kritis juga sebuah keputusan fatal.

Seruan pemberantasan korupsi bagaikan anjuran makan sehat dan olahraga teratur. Begitu mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan atau, kalaupun dilakukan, hanya satu atau dua kali. Padahal, untuk menghindari serangan jantung, olahraga harus dilakukan secara teratur dan konsisten dalam jangka panjang. Apakah partai politik konsisten melawan korupsi? Jika tidak, baik yang dikritik (pemerintah) maupun yang mengkritik (parlemen) sama-sama mengidap hipokripsi. Penyakit yang juga jamak di negeri ini.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Rupiah Masih dalam Tekanan

  • Penulis :
  • Robertus Benny Dwi Koestanto
  • Senin, 17 Juni 2013 | 08:08 WIB
Imitasi berbagai macam valuta asing termasuk Rupiah dan Dollar Amerika Serikat menghiasi tempat penukaran valuta asing PT. D8 Valasindo di Jakarta Selatan, Senin (15/4/2013). | KOMPAS/PRIYOMBODO

JAKARTA, KOMPAS.com – Nilai tukar rupiah akan kembali diuji kekuatannya memasuki pekan ketiga di bulan Juni. Tekanan dari sisi eksternal masih menggelayuti posisi rupiah pada Senin (17/6/2013) ini.

Sebagian mata uang di Asia menguat terhadap dollar AS pada penutupan perdagangan pekan lalu, termasuk nilai tukar rupiah dan yen yang kembali menjadi 94,18 yen per dollar AS. Rupiah ditutup menguat di Rp 9.875 per dollar AS (kurs tengah Bloomberg).

Penguatan juga terjadi pada bursa Asia termasuk bursa Jakarta (IHSG) yang naik 3,32 persen menjadi di level 4.760,74. Sedangkan bursa AS turun 0,7 persen di akhir pekan lalu. Meskipun demikian, sebelumnya bursa Eropa ditutup naik 0,21 persen di akhir pekan. Imbal hasil obligasi TB10 tahun masih turun menjadi 2,129 persen.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, memerkirakan pasar keuangan di Asia hari ini terkorekasi mengkawatirkan keputusan Bank Sentral AS, The Federal Reserve, atas program stimulusnya. Hal itu juga didukung dari indeks future yang negatif.

Sedangkan untuk rupiah kemungkinan belum banyak perubahan dan masih dalam penjagaan Bank Indonesia. Menurut Lana, perdagangan harian masih bisa di atas Rp 10.000 per dollar AS, tetapi rupiah kemungkinan bisa ditutup di Rp 9.870-9.890 per dollar AS.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Rupiah Melemah, Eksportir Diuntungkan?

Teller menghitung uang dolar AS di banking hall salah satu bank BNI di Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013). Kondisi mata uang rupiah mengalami penurunan terbesar sejak 20 bulan terakhir. Untuk pasar forward satu bulan ke depan, kurs rupiah turun 2,3 persen menjadi Rp 10.355 per dolar Amerika Serikat (USD) pada pukul 3.00 WIB. | TRIBUNNEWS/HERUDIN

JAKARTA, KOMPAS.com — Kalangan pengusaha, khususnya eksportir, merasa diuntungkan saat kondisi nilai tukar rupiah melemah. Wakil Ketua Umum Bidang Agribisnis, Pangan, dan Peternakan Kadin Franky Widjaja membenarkan hal tersebut, meski pelemahan rupiah ini dinilai hanya bersifat sementara.

“Memang (dengan pelemahan rupiah ini) tentu eksportirnya (diuntungkan). Kita akan mendapatkan rupiah lebih sedikit. Tetapi nilai tukar stabil itu akan lebih bagus untuk semua harga komoditas,” kata Franky saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (12/6/2013).

Franky menambahkan, saat pelemahan rupiah ini, eksportir tentu saja akan diuntungkan. Tetapi Franky menganggap hanya keuntungan sementara. “Ini hanya imbas dari profit takingdari investor di bursa,” katanya.

Pemerintah, kata Franky, telah meyakinkan pengusaha akan menstabilkan nilai tukar rupiah sehingga akan nyaman bagi semua pihak.

Di sisi lain, pemerintah pun juga menginginkan agar eksportir yang telah mendapatkan dollar AS dari luar negeri agar mau menyimpan ke devisa hasil ekspor (DHE) dan disimpan di perbankan nasional. Hal ini tentu saja akan menambah likuiditas dollar AS di pasar dalam negeri.

“Ini memang kebutuhan dollar AS banyak dalam waktu singkat. Tetapi karena ekspornya lumayan banyak, harusnya bisa mengimbangi kebutuhan dollar AS itu. Jadi bisa mengimbangi,” ujarnya.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah hari ini diperdagangkan di level Rp 9.856 per dollar AS, melemah dari perdagangan kemarin di level Rp 9.821 per dollar AS.

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Fadli Zon: Harga BBM Naik, Mengapa Subsidi BBM Juga Naik?

JAKARTA, KOMPAS.com  Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon mempertanyakan kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Hal ini karena kenaikan harga BBM justru dibarengi dengan kenaikan alokasi subsidi BBM.

“Kebijakan kenaikan harga BBM subsidi ini masih dipandang tak masuk akal. Pada saat bersamaan, alokasi anggaran untuk subsidi BBM justru meningkat. Mengapa Harga BBM naik tetapi subsidi BBM juga naik?” kata Fadli dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (12/6/2013).

Pemerintah rencananya akan menaikkan harga Premium sebesar Rp 2.000 dan Solar Rp 1.000. DPR pun sudah menyetujui anggaran sebesar Rp 12 triliun untuk alokasi bantuan langsung sementara (BLSM).

“Tetapi subsidi BBM juga naik dari Rp 194 triliun menjadi Rp 210 triliun. Logikanya, harusnya alokasi subsidi BBM turun jika harga BBM naik,” kata Fadli.

Fadli juga membeberkan beberapa keanehan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Negara Perubahan (RAPBNP) 2013.  Keanehan tersebut antara lain, meski pendapatan negara turun, alokasi belanja justru naik. “Akibatnya terjadi defisit keseimbangan primer dan defisit total yang melebar sehingga memaksa kami harus menambah utang,” katanya.

Keanehan lain dalam postur RAPBNP, kata Fadli, adalah pada anggaran perubahan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2013. Alokasi KKP naik menjadi Rp 6,598 triliun dari Rp 5,944 triliun di tahun 2012. “Anehnya, pemerintah malah mengusulkan Penerimaan Negara Bukan Pajak sektor perikanan turun dari Rp 215 miliar menjadi Rp 180 miliar,” katanya.

Beberapa hal inilah, kata Fadli, yang membuat Partai Gerindra mendorong rencana kenaikan harga BBM menjadi patut dikaji lagi. “Sebab, jika dilihat lebih detail, postur RAPBN-P saat ini masih ditemukan banyak anomali logika yang keliru,” katanya.

sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/12/11380335/Fadli.Zon.Harga.BBM.Naik..Mengapa.Subsidi.BBM.juga.Naik

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Harga BBM Jadi Naik

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan sambutan pada acara Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas), di Jakarta Selatan, Selasa (30/4/2013). Pada acara yang dihadiri gubernur, walikota, dan bupati seluruh Indonesia ini, presiden memaparkan rencana pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi yang dibarengi dengan kompensasi dana bagi masyarakat miskin. TRIBUNNEWS/HERUDIN | HERUDIN

JAKARTA, KOMPAS.com – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memastikan kenaikan harga bahan bakar minyak dalam waktu dekat. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyatakan, pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi pada Juni ini.

”Dalam RAPBN-P (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan) ini, subsidi yang jumlahnya besar dan akan memperburuk perekonomian akan kita kurangi. Konsekuensinya adalah menaikkan harga BBM (bahan bakar minyak). Kita juga menghemat belanja kementerian dan lembaga,” kata Presiden Yudhoyono, Rabu (12/6), di Kantor Presiden, Jakarta, ketika menutup rapat terbatas kabinet yang membahas perkembangan ekonomi terakhir.

Presiden Yudhoyono menyatakan, pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga sedang berupaya keras menjaga defisit lewat pembahasan RAPBN-P 2013.

Pemerintah dan Badan Anggaran DPR dalam rapat yang dipimpin Ahmadi Noor Supit, di Jakarta, menyepakati besaran defisit RAPBN-P 2013. Rapat dihadiri Menteri Keuangan Chatib Basri, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Salsiah Alisjahbana. Defisit anggaran dalam postur RAPBN-P 2013 disepakati sebesar 2,38 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini lebih rendah dibandingkan defisit dalam RAPBN-P semula, yakni 2,48 persen.

Defisit anggaran dalam postur RAPBN-P 2013 sebesar Rp 224 triliun. Semula, defisit dipatok sebesar Rp 231 triliun.

Penurunan defisit itu akibat langkah pemerintah dalam mengendalikan subsidi, termasuk subsidi BBM. Selain itu, pemerintah juga mengoptimalkan sejumlah pos anggaran.

”Seandainya pemerintah tidak mengendalikan subsidi, defisit akan sebesar 3,83 persen dari PDB,” kata Chatib.

Dalam hasil Panitia Kerja A dalam postur RAPBN-P 2013 yang disepakati kemarin, pendapatan negara menjadi Rp 1.502 triliun atau meningkat Rp 13,679 dari RAPBN-P sebelumnya. Adapun belanja negara sebesar Rp 1.726 triliun, meningkat Rp 4,1 triliun dibandingkan angka sebelumnya.

Dari sisi inflasi tahun 2013, rapat menyepakati sebesar 7,2 persen dengan pertumbuhan ekonomi 6,3 persen.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakkan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Soemantri Brodjonegoro yang dicegat seusai rapat menyatakan, sikap DPR menyepakati postur RAPBN-P 2013 ini merupakan sinyal positif. ”DPR menyepakati hal-hal di luar perkiraan. Misalnya, tentang defisit anggaran, yang mungkin dikhawatirkan pasar akan buntu,” kata Bambang.

Sementara itu, Jero Wacik, seusai rapat kerja dengan Komisi VII DPR, menyatakan, kenaikan harga BBM itu baru akan diberlakukan setelah DPR menyetujui RAPBN-P 2013. ”Kami menargetkan Juni harga BBM harus dinaikkan,” ujar- nya.

Saat ini, pemerintah telah menyiapkan perlindungan sosial bagi rakyat miskin yang terkena dampak kenaikan harga BBM. Kompensasi itu dalam bentuk penambahan beras untuk rakyat miskin, menambah jumlah beasiswa bagi anak keluarga miskin, dan penambahan bantuan langsung sementara masyarakat sebesar Rp 150.000 per keluarga selama lima bulan sejak harga BBM dinaikkan.(ATO/IDR/EVY/ody)

Sumber : Kompas Cetak
Editor : Erlangga Djumena
Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

Rupiah Masih Rentan Tembus Rp 10.000 Per Dollar AS

  • Penulis :
  • Robertus Benny Dwi Koestanto
  • Kamis, 13 Juni 2013 | 08:32 WIB
Teller menghitung uang dolar AS di banking hall salah satu bank BNI di Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2013). Kondisi mata uang rupiah mengalami penurunan terbesar sejak 20 bulan terakhir. Untuk pasar forward satu bulan ke depan, kurs rupiah turun 2,3 persen menjadi Rp 10.355 per dolar Amerika Serikat (USD) pada pukul 3.00 WIB. | TRIBUNNEWS/HERUDIN
JAKARTA, KOMPAS.com — Ujian ketahanan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, terutama dollar AS, masih akan terus diuji, Kamis (13/6/2013). Meski masih mampu terus bertahan di kisaran Rp 9.800-an, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dinilai masih rentan untuk “lolos” menembus Rp 10.000 per dollar AS.

Upaya Bank Indonesia membawa rupiah di bawah Rp 9.900 per dollar AS masih terus dilakukan. Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah berada di level Rp 9.861 per dollar AS, berdasarkan kurs tengah Bloomberg. Intervensi BI berhasil membawa rupiah menguat dari nilai perdagangan sehari sebelumnya, di tengah pelemahan mata uang Asia. Penguatan juga terjadi di bursa Indonesia. IHSG ditutup naik 4.697,88 (1,9 persen) ketika sebagian besar pasar Asia melemah.

Sementara itu, pelemahan juga terjadi di pasar AS dan Eropa semalam. Yield obligasi 10 tahun naik menjadi 2,219 persen. Namun, indeks future Asia masih tercatat negatif. Hal ini menurut ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, kemungkinan membawa konsekuensi koreksi yang berlanjut di pasar Asia.

Soal nilai tukar rupiah, Lana mengatakan, posisinya masih rawan. Kendati rupiah dapat ditutup di bawah Rp 9.900 per dollar AS, tetapi dalam perdagangan harian masih diperjualbelikan di atas Rp 10.000 per dollar AS. “Masih berada pada level rawan yang sangat merisaukan,” ujar dia.

Editor : Palupi Annisa Auliani
Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

PRABOWO SETUJU DENGAN RENCANA KENAIKAN BBM

PLATMERAH-PRABOWO

Published on May 31, 2013 with No Comments

Platmerahonline.com | JAKARTA – Prabowo Subiyanto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, setuju atas rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Menurutnya, sudah saatnya pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Menurutnya, subsidi terhadap harga BBM sudah memberatkan ekonomi nasional. “Saya kira (harga) BBM bagaimanapun terpaksa dinaikkan. Beban sudah terlalu berat bagi ekonomi nasional,” kata Prabowo di Jakarta, Kamis (30/5/2013).

Prabowo-PLATMERAHDikatakan, dengan menaikkan harga BBM, pemerintah juga harus melindungi masyarakat miskin agar tidak merasakan dampak yang berat atas kenaikkan harga BBM tersebut. “Yang penting bagaimana rakyat paling miskin dilindungi atas kenaikan harga BBM,” katanya.

Mengenai Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai konsekuensi kenaikan harga BBM, menurutnya pemerintah jangan terpaku pada BLSM saja. Pemerintah harus mencari langkah lain selain BLSM.
“Selain BLSM, bisa juga dicari jalan (konsekuensi) yang lain,” katanya.

Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi. Nantinya, premium akan dinaikkan dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter. Sedangkan solar direncanakan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 per liter. (Trb.n/pm)

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar